Dalam berjalannya
waktu sehingga tak terasa menginjak tahun 2013 yang menandakan semakin
meningkatnya budaya modern yang populer saat ini. Banyak masyarakat Indonesia
yang meninggalkan budaya lama dan beralih ke budaya baru, tapi tidak sedikit pula
masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan dengan kuat budaya lokal
yang telah mendarah daging dalam dirinya. Sebut saja kota kecil di daerah Jawa
Tengah ini masih mempertahankan budaya lokalnya yaitu Kirab Ampyang dengan sangat baik.
Di desa Loram, Kecamatan Jati,
Kabupaten Kudus terdapat budaya lokal yang masih berkembang hingga detik ini,
yaitu Kirab Ampyang. Terlihat dari kegiatan tradisi Kirab Ampyang yang
dilakukan pada 24/1 kemarin. Masyarakat masih antusias dengan tradisi tersebut
sehingga tidak ada tanda punahnya tradisi Kirab Ampyang. Kirab Ampyang terus
berkembang menjadi lebih baik dari tahun ke tahun seperti yang diucapkan oleh
salah satu warga yang rutin mengikutinya setiap tahun, “Berawal dari tradisi Ampyang ini,
Kudus akan lebih dikenal jika digarap dengan maksimal. Kirab Ampyang hari ini
sudah lebih baik dan meriah dibanding dua tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun
mendatang, Ampyang
bisa lebih meriah, tak kalah dengan tradisi Sekaten di Yogyakarta atau pun
Surakarta," ujarnya.
Kirab Ampyang sendiri merupakan
perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan tanggal 12 Rabi’ul Awwal
tahun Hijriyah. Disebut Kirab Ampyang karena merupakan wujud rasa syukur kepada
Allah SWT dengan sedekah hasil bumi melalui arak-arakan makanan hasil bumi. Makanan
yang wajib adalah
krupuk ampyang, yang terbuat dari tepung lalu dicampur dengan serabut bambu sehingga berbentuk
keriting.
Pelaksaan Kirab Ampyang tidak hanya dilakukan dengan
membagikan makanan ke warga tapi ada pertunjukan seni oleh peserta.
Peserta Kirab Ampyang biasanya terdiri
dari murid TK, SLTP, SLTA, aktivis musholla, organisasi masyarakat dan
pengusaha lokal yang membawakan pertunjukan kesenian sedangkan jurinya adalah
tokoh masyarakat dan sesepuh. Dari Kirab Ampyang yang sudah terlaksana,
pertunjukan seni biasanya berupa drum band, tong tek, musik rebana, peserta
yang memakai pakaian adat, miniatur menara kudus, bedug raksasa, serta yang
utama adalah gunungan ampyang.
Acara diawali
dengan arakan gunungan ampyang keliling desa. Gunungan ampyang
berisi makanan hasil bumi seperti buah-buahan dan wajib ada krupuk ampyang.
Arakan keliling desa ramai menjadi pusat perhatian karena selain gunungan
ampyang yang menggoda juga bersamaan dengan pertunjukan seni oleh peserta. Lalu setelah diarak keliling
desa, kemudian berhenti di Musholla setempat. Gunungan ampyang dikumpulkan ke
panitia untuk didoakan dengan khidmat sebagai wujud syukur dan agar masyarakat
bisa meneladani sifat Nabi Muhammad SAW sehingga tidak sesat dalam menapaki
hidup. Dan terakhir
adalah pembagian makanan penduduk sekitar Loram Kulon.
Sebenarnya pencetus Kirab Ampyang
adalah suami dari ratu Kalinyamat yaitu Sultan Hadlirin. Beliau sudah lama
sekali melakukan Kirab Ampyang sebagai peringatan Maulud nabi di Loram Kulon
sehingga setelah beliau wafat warga loram kulon senatiasa melestarikan budaya
yang telah diajarkan Sultan Hadlirin. Betapa pentingya budaya pelestarian Kirab
Ampyang seperti yang dikatakan Bupati Kudus, KH. Mustofa, “Nilai
keluhuran tradisi ini jangan sampai luntur oleh perkembangan zaman.”
Sehingga zaman yang terus berkembang maka budaya baru
pun banyak berdatangan. Masyarakat Indonesia tidak akan mampu untuk
menghentikan perkembangan yang disebabkan oleh Global Warming tapi masyarakat
Indonesia bisa dan dianjurkan untuk melestarikan budaya lokal seperti Kirab
Ampyang. Maka, Indonesia akan penuh pernik budaya yang unik bukan?
Dalam berjalannya waktu sehingga tak terasa menginjak tahun 2013 yang menandakan semakin meningkatnya budaya modern yang populer saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang meninggalkan budaya lama dan beralih ke budaya baru, tapi tidak sedikit pula masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan dengan kuat budaya lokal yang telah mendarah daging dalam dirinya. Sebut saja kota kecil di daerah Jawa Tengah ini masih mempertahankan budaya lokalnya yaitu Kirab Ampyang dengan sangat baik.
Di desa Loram, Kecamatan Jati,
Kabupaten Kudus terdapat budaya lokal yang masih berkembang hingga detik ini,
yaitu Kirab Ampyang. Terlihat dari kegiatan tradisi Kirab Ampyang yang
dilakukan pada 24/1 kemarin. Masyarakat masih antusias dengan tradisi tersebut
sehingga tidak ada tanda punahnya tradisi Kirab Ampyang. Kirab Ampyang terus
berkembang menjadi lebih baik dari tahun ke tahun seperti yang diucapkan oleh
salah satu warga yang rutin mengikutinya setiap tahun, “Berawal dari tradisi Ampyang ini,
Kudus akan lebih dikenal jika digarap dengan maksimal. Kirab Ampyang hari ini
sudah lebih baik dan meriah dibanding dua tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun
mendatang, Ampyang
bisa lebih meriah, tak kalah dengan tradisi Sekaten di Yogyakarta atau pun
Surakarta," ujarnya.
Kirab Ampyang sendiri merupakan
perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan tanggal 12 Rabi’ul Awwal
tahun Hijriyah. Disebut Kirab Ampyang karena merupakan wujud rasa syukur kepada
Allah SWT dengan sedekah hasil bumi melalui arak-arakan makanan hasil bumi. Makanan
yang wajib adalah
krupuk ampyang, yang terbuat dari tepung lalu dicampur dengan serabut bambu sehingga berbentuk
keriting.
Pelaksaan Kirab Ampyang tidak hanya dilakukan dengan
membagikan makanan ke warga tapi ada pertunjukan seni oleh peserta.
Peserta Kirab Ampyang biasanya terdiri
dari murid TK, SLTP, SLTA, aktivis musholla, organisasi masyarakat dan
pengusaha lokal yang membawakan pertunjukan kesenian sedangkan jurinya adalah
tokoh masyarakat dan sesepuh. Dari Kirab Ampyang yang sudah terlaksana,
pertunjukan seni biasanya berupa drum band, tong tek, musik rebana, peserta
yang memakai pakaian adat, miniatur menara kudus, bedug raksasa, serta yang
utama adalah gunungan ampyang.
Acara diawali
dengan arakan gunungan ampyang keliling desa. Gunungan ampyang
berisi makanan hasil bumi seperti buah-buahan dan wajib ada krupuk ampyang.
Arakan keliling desa ramai menjadi pusat perhatian karena selain gunungan
ampyang yang menggoda juga bersamaan dengan pertunjukan seni oleh peserta. Lalu setelah diarak keliling
desa, kemudian berhenti di Musholla setempat. Gunungan ampyang dikumpulkan ke
panitia untuk didoakan dengan khidmat sebagai wujud syukur dan agar masyarakat
bisa meneladani sifat Nabi Muhammad SAW sehingga tidak sesat dalam menapaki
hidup. Dan terakhir
adalah pembagian makanan penduduk sekitar Loram Kulon.
Sebenarnya pencetus Kirab Ampyang
adalah suami dari ratu Kalinyamat yaitu Sultan Hadlirin. Beliau sudah lama
sekali melakukan Kirab Ampyang sebagai peringatan Maulud nabi di Loram Kulon
sehingga setelah beliau wafat warga loram kulon senatiasa melestarikan budaya
yang telah diajarkan Sultan Hadlirin. Betapa pentingya budaya pelestarian Kirab
Ampyang seperti yang dikatakan Bupati Kudus, KH. Mustofa, “Nilai
keluhuran tradisi ini jangan sampai luntur oleh perkembangan zaman.”
Sehingga zaman yang terus berkembang maka budaya baru
pun banyak berdatangan. Masyarakat Indonesia tidak akan mampu untuk
menghentikan perkembangan yang disebabkan oleh Global Warming tapi masyarakat
Indonesia bisa dan dianjurkan untuk melestarikan budaya lokal seperti Kirab
Ampyang. Maka, Indonesia akan penuh pernik budaya yang unik bukan? [Ammahayu]
0 comments:
Post a Comment