Best Blogger Tips

Saturday, June 15, 2013

Maulidan Jawiyyan


Aksen Jawa yang Unik dari Desa Padurenan

Email Cetak
KUDUS- Suasana ramai mewarnai sore Desa Padurenan, masyarakat tumpah ruah memadati pinggir lapangan depan Balaidesa Padurenan Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Sepanjang jalan menuju tempat berlangsungnya acara pun tak lekang oleh banyaknya pengunjung yang turut menyaksikan meriahnya kirab yang kali pertama diadakan untuk menyambut puncak Maulid Jawiyyan yang berusia dua abad lebih pada malam harinya.
Arak-arakan kirab Maulidan Jawiyyan bermuara di lapangan depan Balaidesa Padurenan. Berbagai kelompok kirab pun menampilkan karyanya masing-masing dihadapan masyarakat dan para tamu undangan.
Beberapa kelompok nampak membawa atribut sederhana , dari hasil tanam petani penduduk setempat, kerajinan bordir, konveksi khas sentra industry rumah tangga desa produktif (Padurenan), hingga penampilan kreativitas kelompok peserta kirab, seperti wayang pring (bambu) yang dimainkan kelompok anak laki-laki, dan drum blek yang juga turut mewarnai kemeriahan Gebyar Maulid Jawiyyan.

Tak hanya orang dewasa dan anak laki-laki, anak-anak perempuan berkerudung jilbab pun seakan tak mau kalah dalam mengikuti kirab. Dengan memainkan permainan anak tradisional khas padurenan, ternyata keceriaan mereka dalam bermain mampu memikat perhatian pengunjung.
“Inti Gebyar Maulid Jawiyyan, nanti malam di Masjid As-Syarif satu,” kata Petinggi Desa Padurenan, Afif Chuzaimatum, disela-sela Gebyar Maulid Jawiyyan Desa Padurenan 2010, Kamis (25/02). Sebagai acara puncak Gebyar Maulid Jawiyyan, Afif menjelaskan pada malam 12 Rabiul Awwal, dilakuakan pembacaan albarjanzi dengan aksen jawa atau yang lebih akrab disebut masyarakat maulid jawiyyan.
Dalam praktiknya, pelantun syair Maulid Jawiyyan ini terdiri dari dua kelompok yang bertugas melantunkan lagu Barzanji dengan aksen Jawa secara bergantian. hal itu disebabkan karena syair yang dilantunkan dalam Maulid Jawiyyan selalu lantang, jika hanya satu kelompok akan terasa berat, dan bisa saja sang pelantun tidak mampu mengingat tingginya nada.
“Maulidan Jawiyyan ini sudah ada sejak lama, tepatnya semasa mbah Syarif,” Papar Afif. Selain itu, Afif menjelaskan dari keterangan yang ia dapat dari sesepuh desa, menyatakan keberadaan Maulid Jawiyyan itu ada setelah berdirinya Masjid As Syarif Satu.
Memang belum ada yang tahu pasti tentang kapan berdirinya Masji As Syarif satu. Namun dapat diprediksikan berdiri masjid tua itu pada tahun 1209 Hijriyyah, atau tahun 1976 Masehi yang dapat terbaca melalui salah satu tiang masjid dengan tulisan Arab ghoin, ra, tha’ yang menceritakan jumlah 1209 tahun hijriyah.
Kalau tulisan ghoin, ra, tha’ itu benar menjelaskan tahun 1209 Hijriyyah, berarti Usia Masjid peninggalan mbah Syarif sudah berusia sekitar dua abad lebih. Begitu pula Usia Maulid Jawiyyan yang ada di Padurenan itu.
“Maulid Jawiyyan merupakan kesinambungan antara wisata budaya dan religi, sehingga nantinya mampu mengangkat potensi desa,” ungkapnya. Maulid Jawiyyan pula, menurutnya memiliki nilai budaya yang hebat, namun belum terkenal, dia pun berharap dengan adanya kirab mampu mengangkat Maulid Jawiyan dikenal tidak hanya di Kabupaten Kudus saja, melainkan mampu di kenal di tingkatan nasional. (Kholidin-Portal UMK).
Untuk menggunakan emoticon ini, COPAS kode ke kotak komentar.
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i:
:j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r:
:s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :ab:

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2013 Budaya Kudus. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Budaya Kudus
Blogger by Budaya Kudus