Kupat
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kafi,
yakni kuffat yang berarti sudah cukup harapan. Kupatan yaitu tradisi yang
dilaksanakan pada hari ke-7 setelah Idul Fitri dengan keramaian hiburan rakyat
mulai pagi sampai sore. Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di
kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal dan daerah-daerah yang lain terutama
Pantura. Karena dihari kupatan, masyarakat Kudus, Jepara dan sekitar merayakan
kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus,
pantai Kartini dan Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih
menjadi wisata favorit untuk menghabiskan hari raya Kupatan.
Tidak
diketahui persis kapan mulai berkembangnya tradisi Kupatan dan apa makna filosofi
dari perayaan tradisi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa Kupatan merupakan
hari raya orang yang berpuasa 6 hari pada satu minggu setelah Lebaran hari
pertama yaitu tanggal 2-7 Syawal. Pendapat lain mengatakan bahwa Kupatan
berasal dari kata Kupat singkatan dari ngaku
lepat, artinya adalah mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kelepatan, mengakui banyak kesalahan. Apapun makna dan
filosofinya, Kupatan merupakan tradisi yang penuh dengan makna khususnya Jawa.
Secara sosiologis, seolah Kupatan telah mengajarkan arti pentingnya saling
bertemu dan saling mengakui kesalahan serta memaafkan satu sama lain.
Tradisi Kupatan berangkat dari upaya-upaya Walisongo
memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu orang Jawa selalu menggunakan
simbol-simbol tertentu, akhirnya para Walisongo memanfaatkan cara tersebut.
Sehingga tradisi Kupatan menggunakan simbol
janur atau daun kelapa muda berwarna kuning. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata Ja a Nur
yang berarti telah datang cahaya. Biasanya oleh masyarakat Jawa, janur digunakan dalam suasana suka cita,
umumnya dipasang dalam acara pernikahan atau momen bahagia lain.
0 comments:
Post a Comment