Best Blogger Tips

Saturday, July 20, 2013

Bangunan Rumah Adat Kudus

Bangunan Rumah Adat Kudus

Rumah adat Kudus merupakan sebuah bangunan tradisional hasil evolusi kebudayaan maupun kemampuan daya cipta dari masyarakat. Sehingga dapat menghasilkan sebuah arsitektur rumah tinggal yang mewah, megah, indah, dan memiliki banyak makna.
Rumah / bangunan tersebut berbentuk "Joglo Pencu", dan berdiri diatas landasan lima trap yang disebut "Bancik kapisan, Bancik kapindo, Bancik katelu, Jogan jogo satru (Ruang lantai depan), Jogan lebet (Lantai ruang dalam). Maknanya, agar pemilik rumah taat melaksanakan lima rukun islam.
Bagian-bagian dari Rumah Adat Kudus, antara lain :

1. Gebyok
Berfungsi pembatas / penyekat antar ruang. Misalnya sebagai pembatas antara ruang tamu (Jogo satru) dengan ruang keluarga.
Gebyok juga bisa digunakan sebagai penghias ruangan, background untuk ruang santai, dan sebagainya.








2. Gapura
Merupakan bagian dari gebyok yang berupa pintu masuk, dan biasanya berfungsi untuk pintu utama antar ruang / penghubung ruangan lainnya dalam rumah, bisa juga digunakan untuk penghias ruangan.









3. Gedongan
Merupakan ruang utama didalam ruang dalam (Jogan lebet), yang berfungsi sebagai tempat tidur utama maupun tempat penyimpanan pusaka serta harta dari pemiliknya.
Gedongan juga bisa digunakan sebagai penyekat antara ruang keluarga maupun penyekat antar kamar, salain itu juga sebagai background penghias ruangan, dan sebagainya.






4. Joglo
Merupakan kerangka utama dari Rumah Adat Kudus yang terdiri dari Soko Guru berupa empat tiang utama, dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) ataupun tumpang telu (tumpang tiga) diatasnya. jumlah pengeret disesuaikan kemampuan ekonomi / daya beli pemiliknya.
Selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga berguna sebagai tumpuan agar atap rumah bisa berbentuk Pencu.
Joglo juga dapat dimanfaatkan, antara lain :
> Penghias halaman rumah.
> Ditempatkan di samping kolam renang sbagai tempat bersantai.
> Ditempatkan di halaman / taman rumah.
> Dipakai sebagai garasi mobil.

Tari Kretek Kudus

Agak aneh memang, mulai dari memilih tembakau, hingga bagaimana cara memasarkannya, semuanya diceritakan dalam satu tarian, tari Kretek. Tari ini merupakan sebuah tari asli Kudus yang menceritakan para buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga rokok siap dipasarkan.
http://anjar-arto.blogspot.com/Tarian dibawakan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang mandor. Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh.
Awalnya tari Kretek bernama tari Mbatil. Namun, karena nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari Kretek. Tari ini mulai populer sejak 1985, yang konon diciptakan seniman Endang Tonny. Dalam tari Kretek, gerakannya terlihat rancak. Dibawakan beberapa penari perempuan yang cantik jelita serta satu penari lelaki.
Para penari perempuan menggunakan pakaian khas Kudus, namun bukan pakaian adat. Tak hanya itu, penari perempuan juga memakai caping serta memegang tampah. Adapun yang lelaki hanya memakai blangkon.  Kerancakan serta kelinca han penari Kretek tampaknya tidak lepas dari iringan musik gamelan yang mengalun. Lirik lagu menceritakan macammacam rokok yang ada di Kudus.
Melenggak-lenggok dengan senyuman centil, penari perempuan mencoba menggoda sang mandor. Pun sebaliknya, kadang penari lelaki keganjenan menggoda buruh mbatil. Konon memang seperti itu sebenarnya yang terjadi di tempat pembuatan rokok keretek. Dalam tarian Kretek, diceritakan awal mula pembuatan rokok keretek. Yakni mulai dari cara memilih tembakau yang baik untuk dipakai membuat rokok. Setelah menjadi rokok, tugas buruh mbatil selanjutnya ialah memotong bagian ujung rokok untuk merapikannya. Nah, habis itu, buruh mbatil membawa rokok tadi ke mandor untuk diperiksa.
Ketika memeriksa rokok, sang mandor kadang memasang muka seram atau malah mesem-mesem kepada mereka. Kalau mandor sudah senyum, bisa dipastikan rokok tak akan tersortir. Gemulai tangan sang penari perempuan menggambarkan lincahnya seorang buruh rokok dalam melinting serta membatil.
Ada sebuah istilah guyon dalam tari Kretek, yakni pembatil menggoda mandor agar rokok tidak banyak yang disortir. Atau mandor yang menggoda, dengna harapan pembatil tertarik dan jatuh hati kepadanya. Dalam tari Kretek, sang mandor selalu mondar-mandir mengelilingi penari-penari perempuan untuk memeriksa dan terkadang bertolak pinggang melihat beberapa penari, menunjukkan kekuasaannya.

Kupatan

Kupat dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kafi, yakni kuffat yang berarti sudah cukup harapan. Kupatan yaitu tradisi yang dilaksanakan pada hari ke-7 setelah Idul Fitri dengan keramaian hiburan rakyat mulai pagi sampai sore. Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal dan daerah-daerah yang lain terutama Pantura. Karena dihari kupatan, masyarakat Kudus, Jepara dan sekitar merayakan kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus, pantai Kartini dan Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih menjadi wisata favorit untuk menghabiskan hari raya Kupatan.
Tidak diketahui persis kapan mulai berkembangnya tradisi Kupatan dan apa makna filosofi dari perayaan tradisi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa Kupatan merupakan hari raya orang yang berpuasa 6 hari pada satu minggu setelah Lebaran hari pertama yaitu tanggal 2-7 Syawal. Pendapat lain mengatakan bahwa Kupatan berasal dari kata Kupat singkatan dari ngaku lepat, artinya adalah mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kelepatan, mengakui banyak kesalahan. Apapun makna dan filosofinya, Kupatan merupakan tradisi yang penuh dengan makna khususnya Jawa. Secara sosiologis, seolah Kupatan telah mengajarkan arti pentingnya saling bertemu dan saling mengakui kesalahan serta memaafkan satu sama lain.
Tradisi Kupatan berangkat dari upaya-upaya Walisongo memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu orang Jawa selalu menggunakan simbol-simbol tertentu, akhirnya para Walisongo memanfaatkan cara tersebut. Sehingga tradisi Kupatan menggunakan simbol janur atau daun kelapa muda berwarna kuning. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata Ja a Nur  yang berarti telah datang cahaya. Biasanya oleh masyarakat Jawa, janur digunakan dalam suasana suka cita, umumnya dipasang dalam acara pernikahan atau momen bahagia lain.

Wayang sebagai media pesan

Kudus, Terdaftar di UNESCO pada tanggal 7 november 2003 menjadikan Wayang naik daun dan menjadi icon negara Indonesia. Peningalan budaya leluhur ini tak sepenuhnya sebagus prestasinya.
Wayang adalah budaya pertunjukan asli Indonesia yang berkembang pesat di pulau Jawa. Menjadikan wayang menjadi primadona di pulau tersebut. Pertunjukan wayang merupakan salah satu objek menarik dari peninggalan ini, pertunjukan wayang tersebut biasanya digelar pada bulan-bulan tertentu atau perayaan tertentu.
Biasanya pertunjukan wayang ini digelar setiap bulan ruwah pada penanggalan Jawa, namun ada juga pergelaran wayang yang dilakukan sebagai ucapan syukur. "Dalang" atau pencerita wayang adalah seorang laki-laki yang memimpin jalannya pertunjukan wayang.
Dalang
Wayang kulit merupakan jenis mediasi wayang yang biasanya digunakan dalam pertunjukan. Setiap tokoh wayang yang dimainkan biasanya mempunyai watak sendiri-sendiri, bahkan ada tokoh pewayangan yang tak diperbolehkan dimainkan di daerah tertentu. Isi dari pertunjukan wayang berbeda-beda, biasanya seorang dalang menceritakan tentang ekonomi, keagaaman dan cerita pewayangan.
Tak jarang saat tradisi tersebut dilanggar sering terjadi petaka didaerah tersebut, tragedi disetiap daerah berbeda-beda, ada yang gempa, wabah penyakit bahkan kematian warga. Biasanya sebelum petunjukan seorang dalang melakukan puasa beberapa hari sebagai syarat seorang dalang, dalang tersebut biasanya ditemani oleh sinden yang membacakan kata-kata petuah.
Gamelan adalah jenis musik yang digunakan saat pertunjukan wayang, tak pernah absen gemelan tersebut dalam setiap pertunjukan. Namun dibalik pentingnya seorang dalang tersimpan kepedihan, pasalnya generasi muda sekarang sudah jarang mempelajari ilmu perwayangan.
Jenis wayang di Indonesia berbeda-beda, salah satunya wayang kulit dan wayang boneka. Harga 9-10 setiap pertunjukan membuat wayang tetap axis, sampai sekarang pertunjukan wayang masih di lestarikan oleh masyarakat
 
Copyright 2013 Budaya Kudus. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Budaya Kudus
Blogger by Budaya Kudus